Ngabuburit Nasional Batch 2 : Buku, Kafe dan Jurnal, Menyoal peran Dosen dalam Literasi Sosial
Pagi tadi, selepas sahur, sebuah pesan masuk di WhatsApp penulis. Bapak Achmad Rozi Elrozy, SE., M.K., CPHCM, Ketua Umum DPP AFEBSI Nasional sekaligus Sekretaris IKAPI Banten Jawa Barat, menyapa dengan hangat, “Sudah sahur, Kang?” Spontan, saya menjawab, “Sampun, Pak Ketua.” Dari obrolan singkat itu, sebuah undangan penting pun datang kepada Mister AAS, tandem bersama pembicara lain dari IKAPI Banten: mengisi acara “Ngabuburit Nasional, Buku, Kafe, dan Jurnal: Menyoal Peran Dosen dalam Literasi Sosial” pada Sabtu, 22 Maret 2025, melalui platform Zoom. “Sekali lagi, penulis haturkan terima kasih kepada pak Ketua, atas kepercayaan beserta undangannya.”
Sebagai seorang akademisi dan penulis, undangan ini bukan sekadar agenda, tetapi sebuah amanah. Literasi sosial bukan hanya tentang membaca dan menulis, tetapi juga membangun kesadaran kolektif akan pentingnya ilmu dalam kehidupan. Dan di sinilah AFEBSI serta IKAPI Banten memainkan peran strategis: menghubungkan akademisi, penerbit, dan masyarakat dalam sebuah ekosistem literasi yang hidup.
AFEBSI dan Peran Akademisi dalam Literasi Sosial
AFEBSI (Aliansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Swasta Indonesia) bukan sekadar jaringan kampus, tetapi juga ruang silaturahmi intelektual. Dari berbagai diskusi dan kolaborasi yang terjadi, saya semakin yakin bahwa keberadaan AFEBSI adalah jembatan bagi akademisi untuk tidak hanya mengajar di dalam kelas, tetapi juga turut serta dalam percakapan publik.
Dosen bukan hanya penyampai teori, tetapi juga agen perubahan yang dapat menanamkan kesadaran literasi sosial. Mengajak mahasiswa untuk membaca buku bukan sekadar tuntutan akademik, tetapi juga bagian dari membangun pola pikir kritis. Menulis di jurnal ilmiah bukan sekadar formalitas akademik, tetapi juga cara berbicara kepada dunia.
AFEBSI membuka ruang bagi para akademisi untuk berkontribusi lebih dari sekadar mengajar. Forum-forum diskusi, penelitian kolaboratif, hingga acara seperti Ngabuburit Literasi ini menjadi bukti bahwa akademisi bisa lebih dekat dengan masyarakat.
IKAPI Banten: Mencetak Jejak Literasi dalam Dunia Penerbitan
Sementara itu, IKAPI Banten sebagai bagian dari Ikatan Penerbit Indonesia memiliki peran penting dalam memastikan bahwa gagasan-gagasan akademik dapat diabadikan dalam bentuk buku dan jurnal. Menulis adalah pekerjaan intelektual, tetapi menerbitkan adalah langkah nyata untuk menyebarkan ilmu ke khalayak yang lebih luas.
Di era digital, peran penerbit semakin kompleks. Bukan hanya mencetak buku, tetapi juga mengelola pengetahuan agar tetap relevan dengan zaman. Kolaborasi antara akademisi dan penerbit menjadi penting, agar ilmu yang ada di kampus tidak hanya berputar di ruang kelas, tetapi juga dapat diakses oleh masyarakat luas.
Buku, Kafe, dan Jurnal: Ruang Literasi yang Dinamis
Tema acara ini menarik: Buku, Kafe, dan Jurnal. Tiga elemen ini adalah simbol bagaimana literasi dapat berkembang di ruang-ruang sosial. Buku adalah sumber ilmu yang abadi. Dari buku, kita belajar memahami dunia dengan lebih dalam. Jurnal adalah alat akademisi untuk berdialog dengan sesama ilmuwan dan masyarakat luas.Kafe adalah ruang diskusi yang lebih santai, tempat di mana ide-ide besar sering kali lahir dari obrolan ringan.
Ketiga elemen ini membentuk ekosistem literasi yang lengkap. Dan di era sekarang, kita harus mampu menghidupkan ketiganya dalam berbagai bentuk: dari diskusi buku hingga penerbitan jurnal yang mudah diakses, dari ruang kelas hingga forum daring seperti Zoom.
Menulis untuk Semesta, Berliterasi untuk Perubahan
Sebagai seorang dosen, menulis bagi saya adalah bentuk kontribusi. Ia bukan sekadar aktivitas akademik, tetapi juga cara merawat semesta dengan kata. Saya percaya bahwa setiap tulisan, setiap buku yang diterbitkan, dan setiap diskusi yang dilakukan adalah langkah kecil yang membawa perubahan besar.
AFEBSI telah mempertemukan saya dengan banyak rekan akademisi yang memiliki semangat sama. Begitu juga dengan IKAPI Banten yang terus menjadi garda depan dalam penerbitan. Jika dua ekosistem ini terus bersinergi, maka literasi sosial di Indonesia tidak lagi menjadi sekadar wacana, tetapi gerakan nyata.
Semoga acara Ngabuburit Literasi ini menjadi titik awal bagi lebih banyak kolaborasi. Karena pada akhirnya, mencerdaskan kehidupan bangsa bukan hanya tugas negara, tetapi juga tanggung jawab kita bersama.
Bukankah ilmu yang tidak dibagikan hanya akan mengendap menjadi kenangan?
👏👍🙏😚❤️
Salam Hormat,
Dr. Agus Andi Subroto
Kaprodi Manajemen, Fakultas Hukum dan Bisnis ITB Yadika Pasuruan.
18 Maret 2025,
Emper Omah Rungkut Surabaya.
Leave a Reply